Islam sangat memperhatikan ilmu dan fasilitasnya. Ulama-ulama terdahulu sangat memperhatikan fasilitas perpustakaan. Pada 160 Hijriyah semasa Khalifah Al-Mahdi bin Abi Ja’far Al-Manshur, di salah satu area Masjidil Haram terdapat ruang koleksi kitab-kitab klasik.
Tak hanya itu, di sana juga terdapat mushaf-mushaf dan tafsir Alquran dari beberapa ulama terkenal. Pada 417 Hijriyah, banyak ulama yang mewakafkan kitabnya, diantaranya Syeikh Abi Abdullah Mumammad bin Abdullah bin Fatuh, kitab tersebut pun dijadikan rujukan bagi para pencari ilmu.
Pada 488 Hijriyah, menyusul ulama lain yang mewakafkan kitabnya berjudul Al-Muqarab, terdiri dari enam jilid karya Syeikh Muhamad bin Abdullah bin Abi Zamanin. Pada 979 Hijriyah di zaman Sultan Salim Khan, atas prakarsa putranya (Sultan Murad Khan) juga dikembangkan percetakan naskah-naskah untuk disebarkan ke masyarakat.
Pada 1256 hijriyah, Perpustakaan Masjidil Haram dioptimalisasikan oleh madrasah-madrasah Masjidil Haram. Misalnya Madrasah as-Syarabiyah sebagai referensi dan bahan ajar dari halaqah-halaqah ilmu. Adapun koleksi pada saat itu mencapai 3.653 jilid.
Pada 1346 Hijriyah, syeikh Muhamad Al-Kurdi ditunjuk sebagai pengurus perpustakaan Masjidil Haram. Pada 1357 Hijriyah, pada zaman pemerintahan Saudi, perpustakaan resmi dibuka di masjidil Haram. Koleksi bukunya merupakan hadiah dari Raja Abdul Aziz.
Berdasarkan penyelenggaranya, perpustakaan dibagi kepada dua bagian, perpustakaan yang dikelola pemerintah dan perpustakaan pribadi. Adapun perpustakaan di Makkah adalah perpustakaan Makkah Al-Mukaramah dan perpustakaan Umm Qura atau dinamai perpustakaan Al Malik Abdullah bin Abdul Aziz.
Secara historis perpustakaan Makkah Al-Mukamaramah berawal dari perpustakaan besar syeikh Abbas Yusuf Qatan pada 1970 Hijriyah. Letaknya di tempat kelahiran Muhammad SAW yang dikenal sebagai pemukiman Bani Hasyim. Posisinya berada di sebelah timur halaman timur Masjidil Haram. Tidak jauh dari Bukit Shafa.
Berawal dari keprihatinan beliau atas tempat tersebut. Saat itu banyak orang yang menganggap keramat dengan mengambil berkah (tabaruk) atas lokasi lahirnya Muhammad SAW. Dengan uang pribadinya, Syeikh Abbas membeli tempat tersebut dan menjadikannya perpustakaan yang berisi kitab dari koleksi perpustakaan Syeikh Majid al-Kurdi yang terkenal dengan Perpustakaan Al-Majidiyah. Dalam beberapa tahun, perpustakaan ini dikelola oleh pemerintah atas nama Kementerian Penerangan.
Perpustakaan rintisan Syeikh Abbas pada 1375 Hijriyah dikelola oleh Kementerian Haji dan Wakaf. Pada 1385 dikelola oleh Yayasan Masjidil Hatam dan Masjid Nabawi sebagai perpustakaan umum untuk para penuntut ilmu. Koleksi buku dalam perpustakaan ini mencapai 100 ribu judul buku turats.
Sedangkan koleksi manuskrip kuno seluruhnya mencapai kurang lebih 6.847 judul dari 22 kategori ilmu. Misalnya untuk bidang tafsir terdapat 94 judul, tauhid 88 judul, hadits 118 judul, dan cababf lainnya seperti usul fiqih, fiqih madzhab, manasik, fatawa, hisab, alak, dan sebagainya.
Dikutip dari: http://www.republika.co.id